Menu Gstarkindo

Minggu, 04 Agustus 2024

Perbaikan Tanah Bawah Permukaan ( Sub Grade) Jelek dengan Kayu (Wood)

Kondisi tanah jelek (bad soil) wilayah Indonesia

Indonesia memiliki wilayah yang tanahmya berklasifikasi tanah jelek (bad soil) mencapai luas 15.4 juta ha tersebar di berbagai provinsi. Dengan penduduk yang sebagian besar tinggal di atas tanah datar yang umumnya bekas rawa-rawa bertanah jelek berupa tanah gambut. Wilayahnya yang berada di iklim tropis membuat wilayahnya subur dengan berbagai pepohonan. Dengan kondisi tersebut kebutuhan   prasarana jalan di wilayah permukiman dengan klasifikasi tanah jelek  perlu teknologi perbaikan tanah dengan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia.

Gambar 1 Penyebaran tanah gambut 
Sumber: https://qph.fs.quoracdn.net/main-qimg-5155a9636975341bcbf16158bc5e0ecc


Perbaikan tanah jelek (bad soil) dengan batang kayu

Penggunaan Kayu Pinus untuk Perbaikan Tanah jelek di Jüterbog Jerman

Penggunaan batang kayu sebagai perbaikan tanah jelek telah lama dilakukan dalam pekerjaan bangunan. Batang-batang kayu digunakan untuk penambahan kekuatan tanah sehingga tanh yang aslinya jelek bisa menahan beban seusia kebutuhan. 

Gambar 2 Ekskavasi situ jalan berumur 700 tahun di alun-alun tertua Kota Berlin, Molkenmart , Jerman
Sumber : 
https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x465/photo/2022/02/23/50jpg-20220223070047.jpg

Dilansir dari Ancient Origins,struktur seperti tanggul ini terbuat dari batang kayu beberapa jenis pohon, seperti ek, pinus dan birch, Berdasarkan hasil tes diketahui bahwa pohon-pohon ditebang sekitar tahun 1238.Kayu-kayu tersebut berhasil bertahan dalam kondisi pelestarian yang baik selama 700 tahun terakhir. Semua berkat efisiensi lapisan gambut yang tebal, menciptakan struktur kedap udara

Struktur ini memiliki lebar enam meter dan membentang setidaknya 50 meter dengan papan diletakkan dalam tiga lapisan. Lapisan atas terdiri dari batang-batang tanpa kulit kayu pohon untuk mencegah pembusukan, cacat pada lapisan atas ditutupi dengan batu-batu kecil dan pasir yang juga digunakan untuk menghaluskan bagian tepi. Sedangkan dua lapisan yang berada di bawahnya tidak terlihat karena ditutupi oleh pasir. emuan serupa lainnya dari Abad Pertengahan umumnya dalam kondisi yang sangat baik. Morgen Times melaporkan kurator Chrisoph Rauhut menggambarkannya sebagai penemuan yang sangat signifikan. National Geographic melaporkan, temuan pertama jenis ini didapati di Jüterbog di timur laut Jerman, tahun 2017 lalu. Kemudian di tahun 2021 sebuah trotoar selebar enam meter dari 1.000 tahun lalu ditemukan di kota Dortmund.

Penggunaan Batang-batang Kayu untuk Pondasi Tiang Bangunan Kota Venice Italia

Nama Venesia  ini berasal dari orang-orang Veneti kuno yang mendiami wilayah tersebut pada abad ke-10 SM. Kota ini secara historis merupakan ibu kota Republik Venesia selama hampir satu milenium, dari tahun 810 hingga 1797.

Gambar 3. Venesia Italia
(Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/File:Panorama_of_Venice_1870s.jpg)

Sejak awal, para pembangun Venesia harus berhadapan dengan tanah yang basah dan tidak stabil, yang tidak mendukung pembangunan kota metropolitan.  Pulau-pulau tempat Venesia berada terbuat dari bahan timbunan, sehingga memerlukan penggunaan teknik khusus untuk memastikan stabilitas fondasinya.Teknik khusus untuk memastikan stabilitas fondasinya. dengan menancapkan ribuan tumpukan kayu dari hutan di wilayah tersebut ke tanah lunak laguna.  Kayu ini, terutama alder, oak, dan larch, menciptakan fondasi kokoh tempat orang Venesia membangun bangunan mereka.

Gambar 4 Pondasi tiang pancang log kayu abad ke-14
(Sumber: https://www.researchgate.net/publication/283714350/figure/ fig1/AS:391428241936394@1470335173711/th-century-wooden-piling-found-during-archeological-survey-in-1999-in-Venice-at-ex-Cinema.png)

Berikut adalah urutan konstruksi yang umum di Venesia:
  • Tumpukan Kayu: Tumpukan kayu pohon alder dipalu sekitar 4 meter (atau 13 kaki) dalam untuk memadatkan tanah yang lunak.
  • Lapisan Batu Kapur: Lapisan batu kapur ditempatkan di atas tumpukan ini. Ini berfungsi sebagai dasar yang kokoh untuk struktur di atas dan melindungi tumpukan kayu dari aksi erosif air laut.
  • Konstruksi Batu Bata: Bangunan yang sebenarnya kemudian dibangun, seringkali dengan batu bata.
  • Fasad Batu Istria: Untuk lebih melindungi struktur dari efek korosif air laguna yang asin, bagian bawah bangunan (termasuk fasad yang menghadap ke air) sering kali dihadapkan dengan jenis batu kapur padat yang dikenal sebagai batu Istria. Batu ini lebih tahan terhadap lingkungan laut dan pelapukan. Dengan kata lain, Batu Kapur di Venesia memiliki peran ganda: sebagai lapisan pelindung di atas tumpukan kayu dan dalam bentuk batu Istria sebagai bahan fasad yang tahan banting.
  • Dekorasi Marmer: Terakhir, untuk tujuan dekoratif, beberapa bangunan yang lebih mulia dihiasi dengan marmer. Hal ini biasanya terjadi di bagian atas bangunan karena kecil kemungkinannya terkena air garam yang dapat merusaknya.




Penggunaan Bambu untuk Perbaikan Tanah Jalan Tol Semarang-Demak

Dikutip dari situs https://jogja.disway.id/, sekitar 10 juta lebih batang bambu dipakai sebagai struktur dasar konstruksi tol ruas Semarang-Sayung yang membentang sepanjang 6 kilometer. 

Dilansir dari situ https://jatengprov.go.id/ Kepala Satuan Kerja Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Jawa Tengah dan DIY Direktorat Jenderal Bina Marga selaku pembangun jalan tol seksi 1, Yusrizal Kurniawan menuturkan, saat ini proses pengerjaan seksi 1 belum dilakukan, karena masih harus menunggu proses lain. “Seksi 1 yang merupakan dukungan dana dari pemerintah melalui APBN pinjaman luar negeri, saat ini masih menunggu loan agreement, di mana mulainya sekitar  bulan Desember 2022,” kata Yusrizal. seksi 2 per Kamis (22/9/2022) mencapai 93 persen. Ditargetkan, konstruksi selesai pada 28 Oktober 2022


Gambar 5 Pekerja sedang memasang matras bambu,
Sumber : https://jatengprov.go.id/wp-content/uploads/2022/09/IMG-20220922-WA0151.jpg




Gambar 6. Pekerja sedang memasang perkuatan tanah jelek dengan bambu
Sumber : https://jogja.disway.id/upload/3d7c698567077e09de13d16622715868.jpg



Identitas Resiko dan Probabilitas serta Impactnya pada Proyek Perencanaan Jalan dan Jembatan

Identifikasi resiko merupakan salah satu dari delapan proses esensi dalam manajemen resiko. Delapan proses dalam manajemen resiko  meliputi : internal enviromental, objective setting, risk identification, tisk assessment, risk response, control activity, information and comunication, and monitoring. Ada 5 langkah di dalam identifikasi dan ptoses manajemen resiko, yaitu:
  1. Identifikasi resiko, proses identifikasi  dan penilaian  ancaman yang dapat mencegah potensial program.  Kegunaanny adalah menampilkan apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana sesuatu mempengaruhi pelaksanakan suatu program. 
  2. Analisis resiko, langkah ini meliputi penentuan kemungkinan bahwa peristiwa resiko mungkin terjadi dan potensial hasil setiap peristiwa.
  3. Evaluasi resiko, membandingkan besarnya  setiap resiko dan membuat rangking sesuai kepentingan dan kosekuensi.
  4. Penganan resiko, bertujuan membuat rencana tanggapan dalam langkah ini  strategi mitigasi resiko, perhatian pencegahan, rencana-rencana darurat dibuat berdasarkan atas nilai setiap resiko.
  5. Pemantauan resiko, manajemen resiko adalah proses yang berjalan non stop yang selalu beradaptasi dan berubah seluruh waktu. Pemantauan secara berkesinambungan dan berulang dan membantu kepastian menjangkau maksimum resiko yang diketahui maupun tidak diketahui.
Resiko yang sering dialami dalam proyek perencanaan jalan dan jembatan adalah sebagai berikut.

Resiko yang tidak diterima (Unacceptable risk)

  1. Keterlambatan penyelesaian administrasi kontrak kerja
  2. Keterlambatan Surat Perintah Mulai Kerja ( SPMK)
  3. Penggantian personil desakan PPK
  4. Penggantian personil penyedia jasa
  5. Ketidakcakapan menganalisis data dan masalah

Resiko yang tidak diinginkan (Undesirable risk)

  1. Kesalahan pengambilan keputusan
  2. Ketidaktepatan metode perencanaan
  3. Ketidaklancaran pengumpulan data 
  4. Distribusi data yang tidak lancar
  5. Komunikasi antar pihak yang buruk
  6. Perbedaan pendapat antara PPK dan Pemeriksa Hasil Pekerjaan
  7. Pengendalian dolumen lapangan buruk
  8. Perubahan ruang lingkup pekerjaan
  9. Perubahan lokasi pekerjaan
  10. Keterlambatan ketua tim membuat keputusan
  11. Penempatan personil tidak kompetensi
  12. Penangguhan pembayaran
  13. Pemutusan kontrak
  14. Laporan yang tidak memadai dan tidak tepat
  15. Keamanan yang terganggu
  16. Penolakan watga
  17. Bencana alam ( gempa, banjir, badai, wabah, dll.)
  18. Bencana sosial ( konflik warga)

Probabilitas (likelihood) resiko

Likelihood adalah prediksi seberapa sering sebuah resiko terjaddi dalam waktu periode tertentu atau tahap proyek tertentu. Nilai probabilitas dapat diperoleh dari pengalaman, ekspektasi,  atau pengumpulan data pengamatan potensial kejadian resiko pengaruh internal maupun eksternal.. 

Risk Impact

Impact dalam manajemen resiko merupakan bentuk konsekuensi , akibat atau pengaruh negatif yang berpotensi timbul jika resiko terjadi. Impak resiko bisa berupa kerugian biaua, waktu, dan kualitas. Ada banyak impact dalam satu resiko yang teridentifikasi. Impact yang paling dominan/ penting atau rata-rata dari seluruh impact yang ada yang dipilih. 

Dunia Konsultan Teknik

  Memuat…