Menu Gstarkindo

Selasa, 28 Desember 2021

Pendirian Badan Usaha Perorangan

PENDIRIAN BADAN USAHA PERORANGAN

Persyaratan yang diperlukan dalam pendirian badan usaha secara umum terdiri dari dokumen sebagai berikut:
  1. Akta pendirian
  2. Surat Ijin Tempat Usha(SITU)
  3. Surat Ijin Usha Peradagangan (SIUP)
  4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pengusaha
  5. Nomor Indok Berusaha (NIU)

Akta pendirian

Persyaratan membuat akta Perusahaan
  1. Dokumen fotocopy KTP yang dimiliki oleh Pendiri Perusahaan minimal dua (2) orang.
  2. Fotocopy KK (Kartu Keluarga) orang yang menjadi Penanggung Jawab.
  3. Pas foto Penanggung Jawab.
  4. Fotocopy PBB di Tahun Terakhir.
  5. Fotocopy Surat Kontrak Perusahaan.
  6. Fotocopy Surat Keterangan Domisili Perusahaan.

Akta perusahaan dibuat/ dikeluarkan oleh Notaris. UU No 30 Tahun 2004 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwewenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lain sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan Notaris.

Proses pembuatan Akta PT dan CV menggunkan jasa Notaris. Draft akta dirancang oleh notaris dan dicek dahulu oleh client (pihak yang meminta akta dibuat). Kemudian dilakukan jadwal tanda tangan yang dihadiri pengurus perusahaan berhadapan dengan notaris. Penghadap untuk PT adalaah pemegang saham perusahaan, sementara penghadap untuk CV adalah persero aktif dan persero komanditer.

Setelah tanda tangan dilakukan, proses pengesahan PT dan CV sedikit berbeda. Pengesahan PT dilakukan di Kemenkumham (Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia) dalam bentuk SK Kemenkumham, sementara pengesahan CV dilakukan di Pengadilan Negeri di Kota kedudukan perusahaan tersebut dengen bentuk cap pengadilan pada Akta Perusahaan. (Misalnya CV A berkedudukan di Kota Administrasi Jakarta Utara, maka pengesahannya dilakukan di Pengadilan Negeri Jakarta Utara).Perbedaan lainnya adalah waktu pengesahan. Pengesahan Akta PT dilakukan langsung setelah tanda tangan Akta dengan notaris. Sementara Akta CV disahkan setelah pembuatan SKDP (Surat Keterangan Domisili Perusahaan) dan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

 Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)

Surat Izin Tempat Usaha. Isi surat ini menerangkan lingkungan tempat usaha tidak terganggu dengan adanya usaha tersebut. Cara mendapatkannya dengan mengisi formulir ke petugas perizinan.

Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
 Surat Izin Usaha Perdagangan, saat mengurusnya harus menyertakan Surat Izin Tempat Usaha dan akta pendirian.

Nomor Induk Berusaha (NIU)

Untuk yang satu ini bisa didapatkan secara online yaitu melalui Online Single Submission (OSS). Secara otomatis data yang masuk pada sistem akan masuk pada data statistik nasional. Caranya adalah dengan membuat akun dulu dengan mendaftar di website resmi oss.go.id.

Gambar : Registrasi Nomor Induk Berusaha (NIU)
Sumber: https://kfmap.asia/lfm/uploads/shares/News%20Anti/OSS.jpg

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan

 Nomor Pokok Wajib Pajak pengusaha agar nanti saat mendirikan perusahaan secara mandiri tidak ada kesalahan yang menghambat.

Selasa, 14 Desember 2021

Konvensi Pengkodean Gaya-Gaya Elemen pada Structure Analysis Program (SAP) 2000

 

Konvensi Tanda

Sumbu Normal 3

Sumbu Lokal 3 adalah selalu normal (tegak lurus) pada bidang elemen shell . Sumbu ini arahnya menuju anda ketika jalur  j1-j2-j3 memperlihatkan berlawanan putaran jarum jam. Untuk element-elemen quadrilateral , bidang elemen didefinisikan oleh vektor yang menghubungkan titik-titik tengah dua pasang sisi-sisi berlawanan.

Arah bawaan (default)

Arah bawaan dari sumbu-sumbu lokal 1 dan 2 ditentukan oeleh hubungan antara sumbu lokal 3 dan sumbu global Z.:

    • Bidang lokal 3-2 diambil vertikal , misalnay sejajar pada sumbu Z

    • Sumbu lokal 2 diambil memiliki arah ke atas  (+Z) masuk akal kecuali elemen adalah horisontal, dalam hal mana kasus sumbu lokal 2 diambil sepanjang arah sumbu global l +Y

    • Sumbu lokal 1 adalah horisontal , yaitu sumbu lokal 2 terletak dalam bidang  X-Y

Elemen diperhitungkan menjadi horisontal jika sinus sudut anatar sumbu lokal 3 dan sumbu Z adalah kurang dari  10-3.

Sumbu lokal 2 membuat sudut yang sama dengan sumbu vertikal sebagai sumbu lokal 3 membuat dengan bidang horisontal. Maksud ini bahwa titik-titik sumbu lokal 2 mengarah vertikal untuk elemen-elemen vertikal .

Sudut Koordinat Elemen

Sudut koordinat elemen shell, ang, digunakan untuk mendefinisikan orientasi elemen sehingga dibedakan dari orienatsi bawaah(default). Sudut ini adalah sudut seluruh sumbu lokal 1 dan 2 diputar terhadap sumbu 3 positif dari orientasi bawaan( default). Perputaran nilao sudut positif ang memperlihatkan berlawanan jarum jam ketika sumbu lokal 3 adalah menununjuk ke anda.

Untuk elemen-elemen horisontal, ang adalah sudut antara sumbu lokal 2 dan sumbu horisontal +Y. Kata lain, ang adalah sudut anatara sumbu lokal 2 dan bidang vertikal yang mengandung sumbu lokal 3. Gambar-gambar berikut  menyajikan contoh-contoh.

 

See Also:  Von Mises Stress

 

 

 

 

 

Tegangan Von Mises

Tegangan Von Mises menyajikan ukuran dari geser, distorsial, tegangan di dalam material. Tegangan Von Mises adalah tegangan cenderung menyebabkan leleh pada baja. Tegangan Von Mises adalah bersifat bebas dari aksi sejumlah tegangan hidrostatis  (s1= s2= s3) pada material.

Tegangan Von Mises didefinisikan dalam istilah dari tegengan prisipal sebagai berikut
s
vm=[(s1- s2)2+( s1- s3)2+( s2- s3)2]1/2.

Dalam status tarik murni, katakanlah  s11=s dan seluruh tegangan lain bernilai nol, kemudian  svm=s. Dalam status geser murni , katakanlah  s12=t  dan seluruh tegangan yang lain bernilai nol, kemudian  svm31/2 t.

Untuk material, pelelehan awal dapat diekspektasikan ketika  svm=sy, where sy is the tensile yield stress, or when svm31/2 ty, diman  ty adalah tegangan leleh di dalam geser . Untuk material lain , material fungsioanal utamannya seperti tanah dan beton , tegangan Von Mises mungkin memiliki tanpa nilai di dalam prediksi leleh atau runtuh.

Minggu, 21 November 2021

Upah Minimum Regional Tahun 2022

PP Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan.
Penetapan tanggal 21 November 2021:
1. Sumatera Utara: Rp 2.522.609
2. Sumatera Barat: Rp 2.512.539
3, Sumatera Selatan: Rp 3.144.446
4. Riau: Rp 2.938.564
5. Kepulauan Riau: Rp 3.050.172
6. Jambi: Rp 2.649.034
7. Kepulauan Bangka Belitung: Rp 3.264.881
8. DKI Jakarta: Rp 4.452.724
9. Jawa Barat: Rp 1.841.487
10, Jawa Tengah: Rp 1.813.011
11. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY): Rp 1.840.951
12. Banten: Rp 2.501.203
13. Bali: Rp 2.516.971
14. Kalimantan Selatan: Rp 2.906.473
15. Kalimantan Timur: Rp 3.014.497
16. Kalimantan Barat: Rp 2.434.328
17. Kalimantan Tengah: Rp 2.922.516
18. Kalimantan Utara: Rp 3.016.738
19. Sulawesi Selatan: Rp 3.165.876
20. Sulawesi Utara: Rp 3.310.723
21. Sulawesi Tenggara: Rp 2.710.595
22. Sulawesi Barat: Rp 2.678.863
23. Gorontalo: Rp 2.800.580
34. Nusa Tenggara Barat (NTB): Rp 2.207.212
25. Papua: Rp 3.561.932
26.  Papua Barat: Rp 3.200.000.

Senin, 09 Agustus 2021

Daya Dukung Maksimum Tipe-Tipe Tanah Pondasi

Tanah merupakan komponen utama struktur pondasi selain komponen pondasi itu sendiri.  Tanah menerima beban bangunan yang berada padanya melalui pondasi. Tanah  mendistribusikan beban di atasnya hingga meliputi ruang dengan volume tertentu.  Tanah akan menahan beban di setiap luas bidang kontak, besarnya daya tahan tanah tiap luas bidang kontak dikenal sebagai daya dukung. Tanah  akan mempertahankan kedudukan dengan daya dukung maksimum sebagai penahan agar tidak berubah posisinya.  

Maksimum daya dukung tanah dengan reduksi faktor keamanan dikenal sebagai kapasitas daya dukung atau daya dukung tanah yang diijinkan atau disingkat daya dukung tanah  ijin. Daya dukung tanah ijin yang digunakan dalam perencanaan pondasi.  Berikut adalah maksimum kapasitas daya dukung berbagai tipe tanah

Tipe tanah

Maksimum kapasitas daya dukung (kg/m2)

Tanah lunak (lempung basah dan lumpur)

5000

Lempung lunak

10000

Lempung lembab, campuran pasir kerikil

15000

Lempung kepadatan sedang

25000

Lempung padat

45000

Pasir halus lepas dan pasir

10000

Tanah kapas (aluvial, pasir kelempungan)

15000

Pasir kering kepadatan sedang

25000

Pasir padat

45000

Gravel lepas

25000

Gravel padat

45000

Batu lunak

45000

Batuan konglomerat( batu pasir, batu gamping)

165000

Batuan jeras (granit, diorit,dll)

330000


Gambar 1 Tipe tanah kapas hitam (black cotton) dan pondasi yang sesuai


Senin, 02 Agustus 2021

Rip-Rap Batu Kosong Pelindung Pondasi Pier Jembatan Pengaruh Gerusan

Pendahulan

Ranking tertinggi penyebab keruntuhan jembatan pada masa pengoperasian diduduki  oleh kegagalan pondasi bangunan bawah akibat gerusan. Data pencatatan keruntuhan jembatan dan penyebab bisa dilihat pada artikel Pendataan Jembatan Rusak

Gambar 1 Jembatan Ule Raket runtuh akibat banjir
(Sumber : https://aksi.id/images/posts/1/2019/2019-11-01/4beb07438ffa829512198463fbab2a52_1.jpeg)

Teknologi pelindung dari gerusan pada pondasi telah lama dilakukan studi baik skala di laboratorium maupun kejadian di lapangan. Teknologi Rip-rap batu kosong  menjadi pilihan yang paling banyak. Rip-rap batu kosong memiliki keunggulan pada struktur kaku (rigid) sebab rip-rap batu kosong adalah fleksible dibawah tabrakan arus air banjir. Rip-rap batu kosoang tetap berfungsi ketika kehilangan beberapa buah batu, dan relatif mudah dikembalikan fungsinya seperti semula. Konstruksi rip-rap yang tepat(properly) terbukti memiliki umur panjang, dengan catatan dilakukan pemeriksaan dan perawatan secara berkala selain paska banjir.

Gambar 2 Rip-rap pelindung pier
(sumber : https://www.mdpi.com/eng/eng-01-00013/article_deploy/html/images/eng-01-00013-g004-550.jpg) 

Perencanaan sistem pelindung gerusan pondasi pier dengan penggunaan rip-rap batu kosong membutuhkan pengetahuan dasar sungai dan jenis pondasi, kondisi aliran meliputi kecepatan, kedalaman dan arah aliran, spesifikasi teknis pier yang meliputi ukuran, bentung, kepencengan(skew) terhadap arah aliran, karakteristik rip-rap yang meliputi ukuran , berat isi, keawetan, ketersediaan, dan karakter pertemuan rip-rap dan pondasi. Tipikal sistem meliputi lapisan filter baik berupa pabrikasi seperti geotekstil atau alami seperti pasir, gravel. dipilih secara khusus sesuai dengan tanah di bawahnya(sub-soil). 

Pedoman penerapan rip-rap telah didokumentasikan yang utamanya dikembangkan oleh  NCHRP Project 24-07(2), Lagasse, dkk., 2007.


Konsep Dasar Rip-rap Pier Jembatan

Gerusan pier jembatan

Formasi pusaran aliran adalah mekanisma pembangikt gerusan di sekitar pier jembatan. Pusaran tapal kuda adalah yang terjadi pada dasar sungai di sekitar pondasi. Pusaran tapal kuda tumpukan air pada permukaan hulu pier selanjutnya mempercepatan  aliran air di seputar hidung pilar pier. Aksi dari pusaran tapal kuda memindahkan materal dasar sungai di sekelilingnya dan sekitar pondasi pier.  Lubang gerusan dibangun karena material yang terbuang lebih banyak dibanding material mengisi.  Kedalaman lubang gerusan diikuti melemahnya kekuatan pusaran tapal kuda. Gerusan akan berhenti ketika keseimbangan terjadi antara material dasar sungai yang masuk dan keluara dari zona yang pusaran tapal kuda. Ricardson dan Darwis, 2001 berpendapat dalam gerusan air bersih, gerusan berhenti ketika tegangan yang disebabkan oleh pusaran tapak kuda menyamai tegangan geser kritis partikel endapan pada dasar lubang. Gambar 3 memperlihatkan mekanisme pusaran air dalam membangkitan gerusan disekitar pondasi pier jembatan.

Gambar 3 Skema penggerusan disekitar pier bentuk bulat pengaruh pusaran tapal kuda
(Sumber : https://thepiersheath.com/wp-content/uploads/2019/08/Scour-mechanisms-Hamill-768x501.jpg)

Kedalaman gerusan lokal dipengatuhi oleh beberapa faktor  sebagai berikut: (1) kecepatan, (2) kedalaman aliran air yang menuju pier, geomterik pier seperti : (3) lebar pier, (4) panjang pier jika penceng terhadap arah aliran, (5) sudut tabrakan arah air, (6) bentuk kolom pier, dan karakteristik material dasar sungai seperti: (7) ukuran dan gradasi, (8) formasi, selain itu juga material hanyutan yang tertumpak pada pier.

Rip-rap Pelindung Pier Jembatan

Ukuran batu-batu, kemamampuan bertahan terhadap gaya apung dan hidrodinamika dari kecepatan aliran air menuju bangunan menjadi pertimbangan dalam kerja awal terkait kesetabilan konstruksi rip-rap. Stabilitas konstruksi rip-rap dinyatakan dengan Angka Stabiliitas Nsc yang digunakan dalam sejumlah persamaan untuk menentukan ukuran rip-rap. Berat batu rip-rap diturunkan dari hasil kerja Isbash (1936) berdasarkan pertimbangan turbulensi. Gambar 3 Grafik hubungan antara kecepatan air yang menuju rip-rap dengan berat batu.

Gambar 4 Grafik hubungan kecepatan air dan berat batu rip-rap akibat efek turbulansi dari Isbash, 1936

Ukuran Batu-batu Rip-rap Pier Jembatan

Persamaan untuk menentukan ukuran batu-batu ripa yang direkomenadikan oleh NCHRP Project 23-34 hasil penyusunan ulang persamaan Isbash dari FHWA Engineerinf Circular No. 23 Edisi ke 2 yang diajukan oleh Lagasse, dkk., 2001.

  persamaan 1 

Dimana

D50   : Ukuran batu-batu 50 % dari seluruh batu dalam berat (m)

Vdes   : Kecepatan lokal kondisi di sekitar pier (m/s)

Sg        : Berat jenis konstruksi rip-rap ( pendekatan 2,65)

g           : Percepatan grafitasi (m/s2)


Jika digunakan kecepatan rata-rata saluran maka besarnya kecepatan lokal kondisi di sekitar pier dirumuskan sebagai-berikut

Vdes = K1.K2. Vavg           persamaan 2

Jika yang digunakan adalah kecepatan maksimum pada saluran maka kecepatan lokal kondisi di sekitar pier dirumuskan sebagai berikut

Vdes = K1.Vmaks

Dimana

K1    : Faktor bentuk ( bulat , K1 = 1.5 dan persegi, K1 = 1.9)

K2    : Faktor penyesuaian kecepatan berdasrkan lokasi di dalam saluran ( pier di dekat dengan tebing saluran lurus , K2 = 0.9 dan pier di dalam saluran dengan bentuk tikungan, K2 = 1.7)

Vavg  : Kecepatan rata-rata di jembatan (m/s)

Vmaks: Kecepatan di dalam saluran (m/s)

Berat batu dan ukuran batu perlu digunakan sebagai dasar penentuan pilihan batu rip-rap, diantara keduanya diambil yang paling aman. Kriteria gradasi batu-batu rip-rap didasarkan pada sebuah nominal atau target D50 dan Rasio keseragaman (Uniformity Ratio).  Rasio keseragaman gradasi batu-batu rip-rap dinyatakan sebagai D15/D85. Lagasse, dkk. (2006) menyatakan besarnya Uniformity Ratio adalah 2.0 dan rentang ijin antara 1.5 s/d 2.5.

Ketebalan

Ketebalan minimum konstruksi rip-rap adalah 3D50


Penyaring

Parker,dkk.(1998) memberi saran pemasangan geotekstile di bawah lapisan rip-rap penambahn sejauh 2/3 nya dari pier ke keliling rip-rap  akan memberi performa lebih baik. Jika digunakan penyaring batu-batu tebalnya 4 D50 dari batu-batu penyaring.

Lay Out

Area rip-rap meliputi 2.0 kali lebar pier hal ini dikutip oleh Lagasse, 2007 sesuai dengan rekomendasi NCHRP Project 24-07(2) dalam laporan 593. 

Dalam kasus pier berupa dinding atau bent pile yang terdiri dari multi kolom pier dimana memiliki sumbu struktur menceng(skew) terhadap arah aliran, area perlindungan harus ditambah sesuai gerusan pengaruh kepencengan. Richardson dan Davis, 2001 menyarankan perluasan area lapisan rip-rap dikalikan faktor a K yang besarnya dirumuskan sebagai berikut

persamaan 3
Dimana
Ka     : Faktor a , pengali luas area 
L        : Panjang pier atau bent pier (m)
a        :  Lebar pier atau bent pier (m)
alpha : Sudut kepencengan (Deg)

Dasar area rip-rap dibuat galian dengan kedalam dari dasar sungai. Jika sistem sungai dengan dasar mengalami perubahan  adanya bukit pasir (dune) pada saat banjir kedalaman galian digunakan pendekatan hasil penelitian Van Rijn , 1984 dan Karim, 1999. Umumnya kedalaman galin diestimasi sebesar kurang dari (>) 0.4 Y dimana Y adalah kedalaman air banjir berdasarkan pendapat dari Bennett, 1997. Disarankan kedalaman maksimum galian tidak melebihi dari 0.2 Y.

Gambar 5 Diagram skema penampilan penyaring geotekstil berisi pasir di bawah rip-rap batu-batu kosong

Perencanaan

Analisis Hydrologi dan Hydraulik

Analisis hydrology dan hydraulik adalah esensial untuk menginterprestasi data kuantitas air dan hydraulik lintasan air (water way). Variasi kondisi kehydrologian memiliki dampak penting pada bangunan jembatan. Pada sungai, seperti debit air, kecepatan , turbulensi serta kedalam akan berpengaruh pada bangunan jembatan. 

Gambar 6 Daerah Aliran Sungai (DAS) hulu bangunan jembatan rencana
(Sumber : Dokumen Proyek Perencanaan Teknik Terinci dan Penyiapan Dokumen Lelang Jembatan Baru Tahun 2019 Paket II, Lelo Engineering Consultan, UNP, LDA. & PT Cipta Desain Indonesia, 2020)


Gambar 7 Lokasi Rencana Jembatan Tutu Luro
(Sumber : Dokumen Proyek Perencanaan Teknik Terinci dan Penyiapan Dokumen Lelang Jembatan Baru Tahun 2019 Paket II, Lelo Engineering Consultan, UNP, LDA. & PT Cipta Desain Indonesia, 2020)

Hasil Perhitungan dan Data

Riprap Analysis: Tuto Luro

Notes:

Input Parameters

Riprap Type: Pier

The velocity is specified as average velocity at the bridge

Channel Average Velocity (at the bridge): 3.048 (m/s)

Velocity Adjustment Factor for location in the channel: 1

The piers have a square shape

Pier Width (normal to flow): 5.6 (m)

Contraction Scour Depth: 5.2 (m)

Bed Form Depth: 1.5 (m)

Specific Gravity of Riprap: 2.65

Result Parameters

Design Velocity: 5.1816 (m/s)

Design velocity never less than average channel velocity

Computed D50: 574.116 (mm)

Riprap Class

Riprap shape should be angular

Riprap Class VII

Median Particle Diameter: 609.6 (mm)

The following values are an 'average' of the size fraction range for the selected riprap class

d15: 450.85 (mm)

d50: 641.35 (mm)

d85: 863.6 (mm)

d100: 1219.2 (mm)

Layout Recommendations

Depth of Riprap below Streambed: 5.2 (m)

Design thickness of riprap below streambed is greatest of Contraction Scour Depth (includes Long-Term Degradation, if applicable), Bed Form Depth, or 3x Design D50

Minimum Riprap Extent: 11.2 (m)

Filter Placement Extent: 7.46667 (m)

Daftar Pustaka

1. US Department of Transportatition Federal Highway Adminstration, BRIDGE SCOUR AND STREAM INSTABILITY COUNTERMEASURE : EXPERIENCE, SELECTION, AND DESIGN GUDATION THIRD EDITION VOL.2, September 2009
2. Konsultan pt. Cipta Desain Indonesia, DETAIL ENGINERING DESIGN AND BID DOCMENT PREPARATION FOR NEW BRIDGE IN 2019 

Sabtu, 19 Juni 2021

Rip-Rap Batu Kosong Pelindung Abutment Jembatan Pengaruh Gerusan

Pendahuluan

Kejadian gerusan pada abutment ketika abutment dan timbunan tebing sungai merintangi aliran. Beberpa penyebab runtuhnya jembatan selama pemeriksaan lapangan paska banjir dari lokasi jembatan telah terdokumentasi, Parola, dkk.(1998).
  • Overtopping abutment dan timbunan jalan pendekat
  • Proses perpindahan aliran  dan pelebaran sunga
  • Gerusan akibat kontraksi sungai
  • Gerusan lokal di sekitar abutment
Kerusakan abutment sering disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor di atas 


Perencanaan

Pendekatan perencanaa

Secara umum terkait geometrik penampang saluran ada dua tipe abutment yaitu abutment berdinding vertikal dan abutment spill-through. Gambar 1 dan 2 masing-masing memperlihatkan konstruksi geometrik tipe abutment berdinding vertikal dan Spill-through

Gambar 1 Tipe abutment berdinding vertikal
Sumber: https://www.researchgate.net/profile/John-Mukabi/publication/310303448/figure/fig1/AS:428701667074048@1479221850007/Example-of-a-Geosynthetic-Reinforced-Soil-Integrated-Bridge-System-GRS-IBS-US-DOT-FHWA.png)


Gambar 1 Abutment tipe spill-through
(Sumber: https://ascelibrary.org/cms/asset/28a94959-d043-413f-a035-add2c88f92c0/figure1.jpg)

Pendekatan perencanaan paling disukai adalah menempatkan abutment pada batu tahan terhadap gerusan atau pondasi dalam. Seorang ahli diperlukan dalam perencanaan pondasi abutment. Beberapa kasus pondasi dapat direncankan pada kedalaman dangkal kemudian diprediksi dengan persamaan ketika abutment-abutment tersebut diproteksi dengan menggunakan rip-rap atau  pengarah aliran (guide bank) pada hulu. Gambar 3 dan 4 memperlihatkan foto kontruksi rip-rap batu kosong pada abutment.

Gambar 3 Foto rip-rap batu kosong pelindung gerusan pada abutment


Gambar 4 Foto penempatan rip-rap pelindung gerusan pada abutment

Ukuran batu rip-rap pada abutment

Saran persamaan perencanaan ukuran batu rip-rap untuk tipe abutment berdinding vertikal dan spill-through adalah dalam bentuk hubungan Isbash berikut
Untuk Froud Numer  <  0.8 

persmaan 1



Nilai K = 0.89 untuk tipe spill-through dan 1.02 untuk dinding vertikal

Untuk Froud Number > 0.8 



persamaan 2


Nilai K = 0.61 untuk tipe spill-through dan 0.69 untuk dinding vertikal
Dimana
D50    :  50% diameter batu (m)
V        : Kecepatan rata-rata karakteristik dalam penampang terkontraksi (m/s)
Ss       : Berat jenis batu 
g         : Percepatan grafitasi (m/dt2)
y         : Kedalaman air dalam penampang terkontraksi(m)
K         : Konstanta pengali kecepatan untuk menghitung percepatan lokal aliran di titik rip-rap runtuh

Prosedure pemilihan kecepatan rata-rata karakteristik dalam penampang terkontraksi:
  1. Menentukan rasio set-back(SBR) setiap abutment. 
          SBR = Panjang / rata-rata kedalaman aliran saluran
a. Jika SBR < 5 untuk dua abutment (Gambar  5), hitung kecepatan rata-rata

V = Q/A

Berdasarkan pada seluruh area terkontraksi melalui bukaan jembatan. Hal ini meliputi aliran hulu tidak termasuk yang meluap melewati di jalan 

 

(a) Gambar denah

(b) Penampang melintang pada jembatan
Gambar 5 Kecepatan rata-rata karakteristik untuk SBR < 5

b. Jika SBR > 5untuk suatu abutment (Gambar 6) , perhitungan kecepatan rata-rata karakteristik

 V = Q/A

Hanya untuk aliran bantaran (overbank) masing-masing abutment. Dengan asumsi bahwa seluruh bantaran (overbank) berada pada penampang yang melalui bukaan jembatan.

(a) Gambar denah

(b) Penampang melintang pada jembatan
Gambar 6 Kecepatan rata-rata karakteristik SBR > 5

c. SBR < 5 untuk suatu abutment dan abutment lain dalam satu jembatan SBR > 5 (Gambar 7). Kecepatan rata-rata karakteristik dengan SBR < 5 ditentukan dari langkah pertama (a) mungkin rendah tidak realistik. 

(a) Gambar denah
 

(b) Gambar penampang melintang pada jembatan
Gambar 7 Kecepatan rata-rata karakteristik SBR < 5 dan SBR > 5

2. Pelebaran Rip-rap

 a. Rip-rap apron harus melebar dari tumit abutment hingga masuk ke dalam jalan air dengan jarak dua kali kedalaman air pada bantaran di dekatnya dan tidak lebih dari 7.5 m. 

b. Lereng rip-rap tipe abutment spill-through harus dilindungi dengan ukuran batu yang dihitung dengan persamaa 1 dan 2 setinggi 0.6 m dari elevasi permukaan tertinggi yang diharapkan pada saat banjir Tebing pengarah (guide bank) hilir digunakan sepanjang 15 m dari ujung abutment untuk melindungi timbunan bagian hilir.

c. Tebal rip-rap harus tidak kurang dari lebih besar 1.5 D50 atau D100 . Ketebalan rip-rap harus ditingkatkan 50% ketika ditempatkan di bawah air untuk menunjang ketidakpastian terkait amblesan.

Gambar 8 Gambar denah pelebaran rip-rap (Lagase,dkk. 2006)


Gambar 9 Tipikal penampang melintang rip-rap abutment (Lapase, dkk., 2006)

Perencanaan rip-rap

Dokumen analisis Hidrology dan Hidraulik Perencanaan Jembatan Suco Liurai

Lokasi rencana jembatan merupkan sungai intermiten, kondisi aliran saat musim kemarau dalam keadaan kering dan hanya terjadi pada saat hujan dengan intensitas tinggi.  Gambar 10 memperlihatkan kondisi aliran sungai pada saat musim kemarau. Dan Daerah Aliran Sungai (DAS) titik lokasi rencana jembatan seluas 5.41 km persegi diperlihatkan pada Gambar 11. 

Gambar 10 Situasi lokasi rencana jembatan 
( Dok. Analisis Hidrology dan Hidraulik Rencana Jembatan Suco Liurai)


Gambar 11 Daerah aliran sungai(DAS) lokasi rencana jembatan 
(Dok. Analisis Hydrologi dan Hidraulika Perencanaan Jembatan Suco Liurai)


Kedalaman air banjir hasil analisis hidrologi berada pada elevasi berkisar 2.55 m dari dasar sungai dan telah didukung hasil wawancara dengan penduduk setempat, kecepatan aliran air banjir 4.35 m/s. Rip-rap batu direncanakan untuk pelindung abutment dari ancaman gerusan di sekitarnya.  Berikut hasil perhitungan rancangan rip-rap dengan bantuan perangkat lunak Hydraulic Too;box 2.2.

Riprap Analysis: Suco Liurai

Notes: 

Input Parameters

Riprap Type: Abutment/Guide Bank

The structure is a guidebank

Set-back Length: 9.3 (m)

The set-back length is the distance from the near edge of the main channel to the toe of abutment

Main Channel Average Flow Depth: 2.55 (m)

Flow Depth at Toe of Abutment: 2.5 (m)

Calculations will use either total or overbank discharges.

Total Discharge: 452.21 (cms)

Overbank Discharge: 10 (cms)

Total Bridge Area: 106.6 (m^2)

Setback Area: 48 (m^2)

Maximum Channel Velocity: 1.02108 (m/s)

Specific Gravity of Riprap: 2.65

Result Parameters

Set-back ratio: 3.64706

Characteristic Velocity: 4.24212 (m/s)

Froude Number at the Abutment Toe: 0.856748

Abutment Coefficient: 0.69

Computed D50: 1001.16 (mm)

Riprap Class

Riprap shape should be angular

Riprap Class X

Median Particle Diameter: 1066.8 (mm)

The following values are an 'average' of the size fraction range for the selected riprap class

d15: 787.4 (mm)

d50: 1123.95 (mm)

d85: 1511.3 (mm)

d100: 2133.6 (mm)


 Daftar Pustaka

1. US Department of Transportatition Federal Highway Adminstration, BRIDGE SCOUR AND STREAM INSTABILITY COUNTERMEASURE : EXPERIENCE, SELECTION, AND DESIGN GUDATION THIRD EDITION VOL.2, September 2009
2. Konsultan pt. Cipta Desain Indonesia, DETAIL ENGINERING DESIGN AND BID DOCMENT PREPARATION FOR NEW BRIDGE IN 2019 



 

 




Dunia Konsultan Teknik

  Memuat…